من فرِح بدخول رمضان حرم الله جسده على النيران“Siapa saja merasa senang dengan masuknya bulan Ramadlan,maka Allah mengharamkan jasadnya dari api Neraka”.
Begitulah bunyi redaksi haditsnya dan
kita sebagai umat Islam wajib percaya kepada sabda baginda Rasulillah
SAW. Lalu muncul pertanyaan, “Apakah betul itu perkataan beliau SAW ?”.
Selama para Ulama Ahli Hadits menyatakan bukan hadits maudlu/palsu,
harus kita yakini itu adalah hadits Rasulillah SAW. Tetapi jika dilihat
dari redaksinya yang mengundang munculnya pertanyaan-pertanyaan, pasti
ini bukan termasuk Hadits Shahih fil matn.
“Betulkah jika kita merasa senang,
gembira dengan datangnya bulan Ramadlan Allah akan mengharamkan jasad
kita tersentuh api neraka?”, inilah pertanyaan berikutnya yang muncul.
Jawabnya, ya…pasti. Karena begitulah janji Allah yang disampaikan
melalui lisan Rasul-Nya.
Pertanyaan selanjutnya, “Gampang amat
untuk tidak masuk neraka ?”. Jawabnya, pasti bagi Allah apapun sangat
mudah. Namun, tentunya tidak semudah itu dipandang dari sisi manusia,
karena pasti ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhinya.
Sebuah produk dalam iklannya menawarkan hadiah mobil bagi pembeli produknya.
Artinya, bagi siapapun yang membeli produknya akan berpeluang
mendapatkan hadiah mobil tersebut. Sebaliknya, tidak akan pernah
mendapatkan hadiah mobil tersebut bagi orang yang tidak pernah membeli
produknya. Bahkan, bagi pembeli produkpun meski memiliki peluang untuk
mendapat hadiah mobil tetapi pasti tidak akan semua mendapatkannya.
Hanya pembeli yang memenuhi persyaratan-persyaratan saja yang akan
benar-benar menerima hadiah mobil tersebut.
Bisa dianalogkan dengan kasus di atas
adalah pernyataan Rasulullah SAW yang akan memberi hadiah TIDAK
TERSENTUH API NERAKA bagi orang yang MERASA SENANG DATANGNYA BULAN
RAMADHAN. Sehingga dapat ditarik kesimpulan :
- Bagi setiap orang yang tidak merasa senang dengan datangnya bulan Ramadlan, sama sekali tidak akan mendapatkan hadiah terbebas dari api neraka.
- Bagi setiap orang yang merasa senang dengan kedatangan bulan Ramadlan, semuanya berpeluang untuk mendapatkan hadiah terbebas dari api neraka.
- Bagi mereka yang berpeluang mendapatkan “hadiah” tersebut tidak akan semuanya mendapatkannya, hanya mereka yang memenuhi persyaratan saja yang akan mendapatkannya.
Berbagai alasan tentunya orang merasa
senang dengan datangnya bulan Ramadlan. Anak-anak senang dengan
datangnya bulan Ramadlan karena akan mendapatkan baju baru, dibelikan
petasan, kembang api dan lain-lain. Pedagang petasan senang dengan
datangnya bulan Ramadlan karena dagangannya akan lebih banyak terjual.
Demikian pula pedagang pakaian, makanan, mainan dan lain-lain, bahkan
tidak ketinggalan para penjual jasa. Semuanya akan merasa senang dengan
datangnya bulan Ramadlan.
Tetapi bukan itu tentunya yang dimaksud
dengan kata “senang” dalam hadits di atas, melainkan senang
dalamkategori sebagai berikut:
Pertama, merasa senang karena telah
dipanjangkan umur dan dipertemukan dengan bulan Ramadlan ini, sehingga
perasaan senagnya ini akan diwujudkan dalam bentuk bersyukur atas ni’mat
yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Bersyukur karena Allah telah
memberinya dua ni’mat yang sangat diharapkannya, yakni ni’mat panjang
umur dan ni’mat dipertemukannya dengan bulan Ramadlan yang penuh berkah
dan ampunan Allah SAW.
Seorang pemulung akan sangat berterima
kasih ketika diberi satu dus berisi cangkang aqua gelas, karena dia
sangat membutuhkan cangkang aqua gelas itu untuk mendapatkan uang,
sebagai sumber penghasilannya sehari-hari. Sementara yang lain tidak
akan berterima kasih sebagaimana halnya pemulung tadi, tatkala diberi
satu dus berisi cangkang aqua gelas karena tidak mengharapkannya.
Kedua, merasa senang karena
dipertemukannya dengan bulan Ramadlan yang sangat ditunggu-tunggu dan
dinantikan kedatangannya karena keyakinan bahwa Ramadlan adalah bulan
yang dilebihkan oleh Allah dibandingkan bulan-bulan yang lain, dimana
nilai ibadah pada bulan Ramadlan jauh lebih baik dari bulan-bulan yang
lain.
قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ
افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ
الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (رواه احمد)
”Sesungguhnya telah datang Bulan
Ramadhan, bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kalian untuk
berpuasa, pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu pula terdapat satu
malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan”. (HR. Ahmad).
“Siapa saja yang melakukan amalan
sunnah akan dilipatgandakan pahalanya, bagaikan melakukan kewajiban,
yang melakukan amalan wajib pahalanya dilipatgandakan 70 (tujuh puluh)
kali jika dibanding dengan amalan di luar Bulan Ramadhan, bahkan diamnya orang yang berpuasa pun, mendapatkan suatu pahala, sedang berdzikir dan beribadah akan lebih besar lagi pahalanya”.
.لو تعلم امتى ما فى رمضان لتمنوا أن تكون السنة كلها رمضان
”Jika ummatku mengetahui nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya, pasti mereka berkeinginan supaya semua
bulan dalam setahun terdiri dari Bulan Ramadhan seluruhnya”.
Karena senangnya mendapatkan barang yang
dia cari-cari, pemulung itu akan menjaganya dari kerusakan dan
kehilangan dengan cara memasukannya ke dalam karung atau gerobak
dorongnya, kemudian dicucinya jika kotor, dibersihkan, ditata dan
sebagainya lalu dijualnya sehingga menghasilkan uang yang merupakan
tujuan akhir dari pencariannya itu. Dan ini tidak akan dilakukan oleh
orang yang tidak merasa senang dengan pemberian cangkang aqua gelas
tersebut.
Demikian pula halnya, rasa senang yang
timbul karena dipertemukan dengan Ramadlan yang penuh berkah ini harus
diwujudkan dalam bentuk mempersiapkan segala ilmu yang berkaitan dengan
puasa, zakat fitrah dan amal lain di bulan Ramadlan. Baik ilmu fiqih
(sehingga bisa mengetahui sah dan batalnya amal yang dilakukan atau
mengetahui apakah wajib, sunah, haram, makruh atau mubah hukum dari amal
yang dilakukan), ilmu aqidah (untuk meluruskan i’tiqad dan tujuan
ibadah kita) maupun ilmu tashawuf atau akhlak (agar mengetahui mana yang
sebaiknya dilakukan dan mana yang sebaiknya tidak dilakukan untuk
kesempurnaan amal yang dilakukan).
Ketiga, rasa senangnya itu harus
diwujudkan dengan cara memanfaatkan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin segala fasilitas yang Allah sediakan di bulan Ramadlan ini
sehingga tujuan akhir dari semuanya itu, yakni agar menjadi orang-orang
yang bertakwa dapat dipoerolehnya.
Artikel Terkait