Desa Pulio Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju terletak di
timur Mamuju Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, merupakan sebuah Desa
terpencil diantara pegunungan yang rindang dan sungai yang meliuk-liuk
sepanjang ratusan kilometer mengalir menuju lepas Pantai Laut Sulawesi.
Perjalanan diawali Dari Mamuju Ibukota Provinsi Sulawesi Barat Untuk
sampai Di Desa Pulio yang asri nan terpencil ini diperlukan waktu tempuh
sekitar 7 Jam bila kondisi alam bersahabat, dengan menggunakan
kendaraan roda empat menempuh jalan aspal yang licin, tanjakan dan
jurang-jurang terjal, air terjun yang mempesona disela-sela hutan tropis
dan kebun coklat penduduk sepanjang 124 Kilometer ditempuh dalam waktu
sekitar 3 jam kita akan sampai di Ibukota Kecamatan Kalumpang,
Perkampungan etnik nan spektakuler dengan berbagai ragam budaya dan
kerajinan khas yang tidak ditemukan ditempat lain di Indonesia, antara
lain tenunan tangan khas kalumpang yang terbuat dari kulit kayu, serta
temuan situs galian benda-benda bersejarah masa lampau, tenunan khas
etnik Kalumpang sudah dipasarkan hingga ke mancanegara lewat Bali, walau
belum dikelola dengan baik.
Ketika sampai di Kalumpang kita akan disambut oleh masyarakat yang
mayoritas penduduknya beragama kristen penuh dengan keramah-tamahan
dengan bahasa dan dialek khas Kalumpang, Gadis-gadis cantik berkulit
putih bersih mirip etnis Minahasa. tanpa sungkan melepas
senyum kepada Anda, senyum kedamaian dan persahabatan, suatu pemandangan
yang membuat anda bisa betah berlama-lama disini.
Di Kalumpang walau sudah sejak dahulu telah menjadi Ibukota Kecamatan
namun Kota Indah, sejuk, nyaman dan asri karena terletak didataran
tinggi ini belum menyiapkan sarana akomodasi berupa Penginapan untuk
para tamu yang berkunjung, jadi kalau Anda datang kesini kita harus
menginap disalah satu rumah penduduk, hanya ada rumah makan itupun
terbatas hanya ada satu, dua, Rumah makan yang tentu belum dapat
memenuhi kebutuhan dan selera para pengunjung bila nantinya sudah
dikenal dan didatangi oleh para wisatawan yang ingin melepaskan lelah
dari rutinitas dan hirup-pikuk Kota yang penuh polusi dan asap knalpot.
Sebelum berangkat ke Pulio sebaiknya kita beristirahat sebentar untuk
menikmati pemandangan alam dan mengisi perut agar tak kelaparan dijalan
karena Dari Ibukota Kecamatan menuju Desa Pulio yang berjarak sekitar 30
Km hanya dapat diakses lewat sungai dengan kendaraan Katinting (
semacam kano yang dilengkapi dengan mesin tempel ) sepanjang 20 mil
mengarungi sungai yang luas dengan batu-batu ditepiannya penuh ditumbuhi
hutan tropis dan hutan tanaman produksi, aneka jenis dan satwa liar
mengurai mimpi tentang alam yang asri dan permai, tamasya yang tak kan
terlupakan setelah sekitar 3 jam berada diatas Katinting kita akan
sampai dibawa jembatan yang juga tak kalah Unik sayang sungguh
mendebarkan jembatan gantung diatas sungai setinggi kurang lebih 15
meter dari permukaan air Sungai Karama, dengan panjang sekitar 20 meter
dan lebar 1 meter membuat nyali kita yang belum terbiasa lewat
dijembatan akan ciut dan mengkerut.
Dari Ujung jembatan gantung ini untuk sampai ke Desa Pulio kita harus
naik Ojek Motor dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan barulah
kita akan menjejakkan kaki di tapal batas Desa Pulio yang dihuni sekitar
150 Kepala Keluarga, desa yang benar-benar terpencil walau hanya
sekitar 150 Km dari Ibukota Provinsi.
Melihat Desa Pulio angan kita akan terbang menerawang jauh kemasa lampau
desa yang tentram, aman dan damai, kehidupan masyarakatnya yang
sebagian besar bertani dan berternak, hidup dalam kelompok yang harmonis
ditengah perkampungan yang masih asri jauh dari hiruk pikuk kehidupan
kota yang serba glamour, kehidupan politik yang tak menentu, sungguh
sangat mengasikkan.
Melihat dan menyaksikan kehidupan masyarakat di perkampungan yang asri
ini hati kita tergerak untuk saling mengingatkan bahwa mereka yang
tinggal disini tak mungkin ingin terus begini stagnan tanpa
perkembangan, sebagai manusia tentu menginginkan perobahan dalam
kemajuan, mereka membutuhkan akses jalan dan jembatan yang lebih baik
untuk memasarkan hasil-hasil yang mereka peroleh dari ladang agar
ekonomi mereka lebih baik dari hari ini , agar anak-anak mereka dapat
bersekolah keluar dari Desa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi karena di Desa ini cuma ada SD, untuk memudahkan mereka
menjalani pengobatan lanjutan di Puskesmas terdekat., tak banyak
neko-neko apalagi menuntut.
Kunjungan ke Desa Pulio bagi kita yang tinggal di Kota adalah sebuah
perjalanan yang mengasikkan dan penuh dengan tantangan dengan obyek
wisata yang memikat, sejak dari Mamuju hingga ke Pulio mata kita telah
dihibur oleh Hutan tropis dengan aneka ragam jenis pohon yang menghijau,
jalan yang meliuk-liuk dan pegunungan yang indah dan asri, mengarungi
sungai yang deras melewati Perkampungan yang Unik khas dataran tinggi
sejuk, tapi bagi mereka yang tinggal disana tentu ingin menikmati
indahnya panorama kota yang dijejali gedung-gedung yang tinggi, jalan
beraspal licin, seliweran mobil-mobil dan hiburan lainnya, dan yang
paling dibutuhkan oleh meraka adalah sarana jalan dan jembatan yang
dapat melepaskan mereka dari belenggu ketertinggalan.
Hari menjelang sore ketika kami tiba kembali di Kalumpang,
terlihat disekitar embun mulai turun membasuh bumi, para petani telah
kembali kerumah menyandang pacul, membawa parang, desir angin membelai
rambut, pohon-pohon dan daun-daunan mengangguk disapa angin senja,
berbalik ke Barat melihat matahari yang hampir tenggelam seakan menyapa
jangan lupa kembali dikesempatan lain dalam suasana yang tentu jauh
lebih baik dari hari ini, jalan dan jembatan serta sarana dan
prasarananya jauh lebih sempurna, Mabuhay Kalumpang kata Orang Filipina,
Alloha kata penduduk Hawai, Jepang, Sayonara sampai bertemu lagi***
Sumber :http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/01/23/tamasya-atau-uji-nyali-ke-desa-pulio-kalumpang-mamuju-sulbar-432828.html